Terbit buku "Negeri Cinta Batanghari" karya 25 Penulis Muda Jambi (GongPublishing)


SEGERA TERBIT MARET 2011

Kumpulan cerpen 25 Penulis Muda Jambi
NEGERI CINTA BATANGHARI
Penerbit: Gong Publishing
Editor: Toto ST Radik
Cover: Tri Isti
Penulis: Berlian santosa, Muhyidin NR – Tommy Pandiangan – Rini A. Rahman – Argi Alkautsar – Sary Mazwar – Mei Sarah – Sukma Puspitorini – Melida Zirina – Dimas Adika – Achmad Febrianto – Nurjaya SS – Syarifah Lestari – Resfita Renny – Yoke Subandi – Ana Wahyuni Arib – Sumarno Azizy – Jiharka Flower’s – Wahyu Indah Dewi Aurora – Kalam Nur – Fani Aulia Mutmainah – Muriana Hasan – Firman Hidayat – Murat Tuty Endratno – Junita Fitriani

***

Sekapur Sirih:
CINTA ALA JAMBI
Oleh Berlian Santosa - Ketua Forum Lingkar Pena Jambi

Negeri Cinta Batanghari. Adalah sebuah buku antologi yang berisikan 25 penulis muda Jambi dengan semangat menyosialisasikan sebuah negeri nan elok dengan sejarah dan budaya Melayu yang tinggi yang dipersembahkan melalui karya fiksi.

Jambi bukan saja terkenal dengan Batanghari sebagai sungai terpanjang di Sumatera; mengalir dari hulu di daerah Sumbar sampai bermuara di Selat Berhala di Laut Cina Selatan, Gunung Kerinci sebagai gunung tertinggi di Sumatera dan kedua tertinggi di Indonesia. Atau Candi Muaro Jambi sebagai kawasan candi terluas se-Asia Tenggara dan menjadi situs purbalaka yang dicagarkan oleh pemerintah dan dunia. Bukan hanya itu.

Sebagaimana adagium adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah, Batangnyo Alam Rajo yang artinya “Pucuk” yaitu ulu dataran tinggi, “Sembilan Lurah” yaitu sembilan negeri atau wilayah dan “Batangnyo Alam Rajo” yaitu daerah teras kerajaan Jambi yang terdiri dari duabelas suku atau daerah menghasilkan ragam budaya dan sejarah lama dan dalam, Jambi memiliki banyak khasanah yang belum tergali dan terekspos dengan baik di kancah nasional terutama khazanah budayanya.

Di sini, 25 penulis muda Jambi berkeinginan kuat untuk menyuguhkan kepada pembaca yang haus akan informasi tentang perkawinan multi budaya dan kearifan lokal Jambi, baik masa kini maupun masa lalu dengan cerita yang beragam.

Walau latar yang dipakai para penulis ini memang tentang Jambi, namun masalah yang digarap sangatlah beragam; tentang kehidupan sosial dan kritik sosial, teluh, Orang Rimba (Suku Anak Dalam), budaya masyarakat di seberang kota, keterkaitan manusia dengan alam, menyinggung tentang transmigrasi, kemiskinan, bahkan politik dan percintaan remaja. Semua ada di buku ini.

Uniknya, dari 25 penulis ini ternyata kurang dari 10% pernah masuk media lokal dan nasional. Selebihnya adalah “pemain baru” dalam kancah kepenulisan dan belum pernah memublikasikan karyanya.

Buku ini jelas berbicara tentang cinta. Tidak hanya kepada manusia namun juga keterkaitan kepada alam, budaya, adat istiadat dan lingkungan di negeri Jambi. Sudah sepatutnya lahir naskah-naskah lokal demi memperkaya khasanah literasi nasional yang tentunya Jambi pun dapat melahirkan tulisan apik berikut penulis-penulis baru yang berkompeten.

Jika Jambi sangat sedikit menghadirkan naskah fiksi (selama ini mungkin lebih banyak ke arah kumpulan puisi) untuk dikonsumsi pembaca nasional, semoga buku ini menjadi jawaban atas kekeringan itu. Diharapkan pula, dengan hadirnya buku ini menjawab tantangan, bahwa Jambi bisa bersuara di tingkat nasional dengan naskah yang layak, cantik dengan nuansa Melayunya, indah dan beragam dengan sejarah dan budayanya yang elok.

***

APA KATA MEREKA:
”Saatnya para penulis di luar Jawa mewarnai kesusastraan Indonesia. Mereka membawa warna lokal yang khas dan memperkaya pembaca. (Gol A Gong, Ketua forum Taman Bacaan masyarakat Indonesia)

“Mereka adalah potensi yang ter(di)sembunyikan oleh hegemoni kebudayaan lokal. Teruslah melangkah. Masa depan kebudayaan (sastra) Jambi ada pada mereka.” (Nurul Fahmy, Redaktur Budaya Koran Jambi Independent).

“Kawan-kawan penulis muda FLP Jambi berupaya menghadirkan wajah lokal untuk menarik pembaca tentang kearifannya.” (Izzatul Jannah, Ketua Umum Forum Lingkar Pena Pusat)

“Negeri Cinta Batanghari menunjukkan bahwa Jambi kaya akan tema eksotik. Dan pengarang-pengarang dalam buku ini, bukan sekedar berbakat, tapi juga berani mengekspresikan kegelisahan dengan menjadikan tradisionalitas sebagai unsur pembangun karya. Tabik! (Benny Arnas, Cerpenis, Peraih Krakatau Award 2009-2010)

“Negeri Batanghari? Jadi ingat sungai Batanghari Sembilan, yang mengalir di tanah Jambi. Sukses buat kumcernya. Smg kumcer serupa bermunculan dr tiap daerah. Membawa tema kearifan lokal.” (Edelwise Ayyesha Tsurayya, facebooker)

***

Komentar