RIMBA SMILE

RIMBA SMILE - Fresh From The Oven on February'13

Siapa bilang hidup di rimba itu menakutkan. Orang Terang (Orang Kota/Orang Maju) mungkin menganggap kehidupan kami sesuatu yang di luar jangkauan mereka. Rimba yang diidentikkan dengan kegelapan, rasa takut, terpencil, semak belukar, serba terbatas, susah diatur, pedalaman, terbelakang, ga intelek dan streotip lain yang dilekatkan kepada kami.

Tapi tahukah kalian, Sanak? Di Rimba kami bisa hidup bersahaja tanpa perlu ‘dirusak’ oleh pandangan, dan tekanan Orang Terang; asal hutan kami jangan ditebang secara liar oleh kaum orang Terang, mengggagahi kayu-kayu kami dengan alat modern hingga tanah kami jadi tandus dan gersang. Memusnahkan harapan dan jati diri kami.

Kehidupan kami adalah di sini. Ikan-ikan, udang, tak perlu bersusah payah membelinya ke pasar, berlimpah di sungai. Sayuran dan buah tinggal kami petik sesuka hati. Tanaman obat adalah penawar saat orang rimba ada yang jatuh sakit. Madu hutan terbaik, terdapat di pohon-pohon sialang nan menjulang tinggi.

Kami mengambil secukupnya, tak pernah merusaknya. Alam mengajarkan kami demikian.

Di rimba kami masih tetap bisa tersenyum menghadapi hidup apa adanya, bermain di parit, anak sungai, memanjat pohon sialang dan bahkan belajar bersama alam.

Rimba memberikan kami apapun yang kami mau asal kami tetap menjaga kelestariannya. Alam memberi kami menerima, dan kami berusaha menjaganya.

Sebab “kamia orang rimba nioma” – sebab kami orang rimba. Kami ingin sebagai penjaga terakhir hutan kami, melindungi kearifan di dalamnya. Jangan rusak hutan kami sebab rimba ini untuk kami wariskan kepada anak cucu nanti. Kami adalah makhluk Tuhan yang berpikir & berperasaan, layaknya kalian. Biarkan kami tersenyum; untukmu, dan anak cucu kita.

Catatan: di sepanjang DAS Batang Hari, pada bagian hulunya tersebar wilayah Orang Rimba atau Suku Anak Dalam yakni aliran; Batang Merangin, Batang Limun, Batang Asai, Batang Tabir, Batang Bungo, Batang Pelepat dan Batang Tembesi.



Komentar