Uji Nyali & Pertaruhan






Dasar nekad! Ga bisa liat pengumuman lomba dikit, eh naluri haus pengen ikutan membara. Adrenalin saya membuncah, he..he…(terlalu didramatisir).

Akhirnya saya mengirimkan naskah via email-dengan harapan diterima juga sih- ke panitia yang 2 hari lagi hampir tutup. Saya kerjakan full 1 hari di rumah ga keluar kemana-mana (kecuali ke kamar mandi, makan, minum n main sama anak2).
Lomba itu adalah Sayembara Menulis Naskah Pidato & Lomba berpidato dengan tema Pemimpin Berakhlak Mulia yang didadakan oleh GMP-AM (Gerakan Masyarakat Peduli Akhlak Mulia) bekerjasama dengan Balai Bahasa & Diknas. Ada 316 naskah yang masuk ke meja panitia dari seluruh Indoensia. Lalu ada beberapa saringan yaitu dimulai dari tingkat provinsi-regional (regional terbagi 3 wilayah; reg1 suamtera, reg 2 jawa bali kalimantan, reg 3 sulawesi maluku papua)-nasional.
Misi dewan juri adalah peserta diharapkan untuk menjadi konseptor (penulis naskah) namun juga harus pandai sebagai orator (berorasi/ pidato) tanpa teks. Nah lo.

Sewaktu di regional 1 (sumatera) yang dipusatkan di Batam (Kepri), bertempat di asrama haji batam, alhamdulillah saya satu2nya peserta dari luar kepri bisa lolos. Dan pemenang I kategori umum pria saya gondol untuk Jambi. lumayan pesertanya bagus-bagus dan ga kalah hebat. Waktu itu saya membawakan pidato dengan gaya cerpenis dan mendongeng. Mungkin tampil beda kali. Pede aja lagi, he..he..
Barangkat juga kita yang lolos semua juara I regional ke Jakarta via Bandara Hang Nadim Batam. Saya betul2 kagum atas apresiasi gubernur kepri terutama istrinya, ibu aida yang mensupport kita, pemuda sumatera utk berangkat ‘perang’. Amunisinya adalah tiket pp batam-jakarta dan uang saku, lumayaaan.
Saya orang Jambi (mungkin dari keberangkatan sampe kemenangan saya tidak diketahui pemkot jambi) begitu bangga punya pemimpin yang peduli seperti ini. Orang jambi kemana ya?
Padahal ibu aida, baru saja dari Pahang menghadiri pernikahan keluarga kerajaan disana. Ia bela2 in ke bandara trus nyebrang pake feri ke pelabauahan sehingga sampe di batam tepat waktunya utk menyaksikan jago2 sumatera bertarung.
Ckk.ckkk. ga nyangka. Nah yang pemimpin ginian patut ditiru. Terlihat ia lelah tapi semangatnya menyala-nyala. Hmmm…mantaaap. Thanks mom.

Sampe di Jakarta kita diinapkan di wisma UNJ-Rawamangun trus dikarantina di Pusat Bahasa untuk diberikan materi2.:UU anti pornografi, bahasa indonesia yang baik& benar (wah selama ini kalo nulis blm bener nih, hi..hiii), sekilas ttg narkoba, Retorika, wasantara dan ttg apa itu visi misi GMP-AM. Lumayan seru dan namabah ilmu. Banyak ketemu sama dedengkot a.k.a pakar bahasa yang biasa ngisi tayangan di TVRI like this bp dandi sugondo (BINAR) dll. Mereka mau bagi2 ilmu.
Nah tibalah semifinal di pusat bahasa dengan 5 dewan juri dari Pakar bahasa dan UNJ (universitas Negeri Jakarta). Hah..semua peserta tegang. Saya aja sampe pipis bolak-balik 4 kali selama acara berlangsung. Tapi untungnya ada rekor lebih hebat, pak guru IT dari tuban lebih dari 6 kali kebelet pipis, ha..ha…stress euy.
Setelah diketahui yang lolos utk ke granfinal di TVRI besok, maka saya yang salah satu masuk daftar tambah dibuat stress lagi oleh panitia. Si ketua panitia (agak nyebelin sih & selalu bikin sensasi, ini pendapat semua peserta lho) mengultimatum agar kami-yang masuk final-besok harus menulis naskah yang baru.
Saya kasih gambaran ya dikit kenapa kami tambah stress: habis semifinal, otot2 yang tegang & kaku perlu diistirahatkan sejenak, ia perlu asupan yang santai. Karena peserta dah tampil ‘berdarah2’ a.k.a abisz2 an euy. Semua jurus dah dikeluarkan. Apalagi yang dari makassar all out banget. Tapi kenyataannya karena ‘dipaksa’ demikian maka otomatis kerja syaraf dan otak yang tidak boleh rehat itu kembali harus ‘berpikir dan berpikir lagi’.
Hasilnya? Banyak yang ‘terkapar’: ada yang terjangkit flu (mudah2an bukan flu babi, hii), agak meriang, dan ada yang hang (kayak komputer ya). Alhamdulillah saya ga kenapa2. paling sebeeeelll banget sama tuh ketua panitia. Otomatis musti buat strategi baru lagi. Masak mau nampil besok malah lebih jelek. Jaga kondisi, makan teratur, lalu cari literatur, nulis lagi, ngapal & memahami isi naskah, trus latihan di depan kaca bak orator. Hahh. Melelahkan..

Inilah sebuah perjuangan buat keluarga, dan nama daerah tercinta, Jambi. ada atao tidak ada support, maka saya yang dah terlanjur di jakarta & masuk granfinal musti tampil prima. Maka segala potensi & jurus2 yang dimiliki harus dikeluarkan. Make different from competitor-jadilah yang berbeda! Kalimat itu saya pegang erat.
Doa-ikhitar terjawab. Tampil di TVRI pusat-senayan tgl 9 agustus 2009,saya merasa sudah memberikan yang terbaik buat negeri, hiks (segitunya apa iya nih?). Juara III sayembara menulis naskah pidato & lomba berpidato nasional kategori umum, jatuh ketangan saya. Ah pas menerima piala, kok biasa aja. Asli! Ga ada perasaan uporia (bahagia yang berlebihan). Soalnya seharusnya saya juara satu dong, he…he…ngarep!.
Dewan jurinya adl: charles bonar sirait, mantan artis sinetron kini di public speaking, jamal d rahman (editor majalah sastra horison), dandi sugondo (eks ketua Pusat Bahasa), ketua IKADI pusat, satu lagi kalo ga salah dari anggota DPR RI.
Tapi sodara2…perlu saya beberkan fakta (ini rahasia ya). Kronologisnya: sewaktu di semifinal, dewan juri bersidang di ruang tertutup lalu nilai dibacakan. yang terjadi di TVRI adalah: nilai dewan juri dikumpulkan oleh seorang panitia, lalu dibawa ke belakang panggung, lalu nilai / pemenang dibacakan.
What happen yo???

Sewaktu kami bertiga (kategori umum) di nilai serempak / secara live diatas panggung setelah berpidato, nyaris saya dinilai tanpa cela (bukan geer lho banyak saksinya) dan 2 orang yang akhirnya juara 2 dan 1 tersebut cukup banyak komentar minus dari penampilan mereka berdua.
Yang guru TI, salah menyampaikan hadis, intonasi datar dan terlalu biasa materinya. Guru dari makasar alumni alazhar cairo, intonasi biasa, tidak pake blocking panggung, materi mirip ceramah (padahal ini lomba pidato).
Dan sodara2, yang lebih fatal adalah…jrengg…jrenggg…
Karena waktu kita diberi Cuma 5menit saja, ga boleh lebih. Haram hukumnya. Saya alhamdulillah kurang dari 5 menit dari opening, isi, dan closing nya. Namun yang terjadi pd temen saya tsb adalah, waktu mereka habis alias patah ditengah, tapi masih bicara. Tergagap / kaget lalu segera mengakhiri pidato dengan terburu-buru. MC fear mengingatkan peserta akan waktu. Trus apa dewan juri kagak ngeliat apa yg terjadi barusan?? Kita tanya rumput yang bergoyang saja ya, oke.
Ckkk..kacian juga ya.


Nah lho terus kenapa bisa begindang ya?
Pas turun dari panggung, dua orang yang merhatiin saya memanggil2 utk mendekatinya. Satunya, saya tebak prof dari UNJ (ia dewan juri di semifinal-lupa namanya) dan satunya lagi ibu dari kedubes malaysia. Mereka tak rela kalo saya ‘hanya’ menjadi juara 3. saya bilang ya sudahlah, ini hasil yang terbaik. Bapak ibu terimakasih ya atas dukungannya, gitu saya bilang.
Hah…ada kecewa, bahagia dan bangga tersirat di sanbuari. Tetep saya yakin seyakinnya bahwa saya adalah pemenang pertama buat keluarga tercinta, itu yang penting. Masalah faktor X lupakan. Capek. Kasihan juga temen2 yang sudah juara itu. Toh mereka ga minta yang aneh2 kok.
Acara ini memang di gagas GMP-AM. Bersama kantor bahasa dan Diknas setempat, seharusnya tahu & peduli dong kpd orang2 yang membawa nama daerahnya. Kita kan ga minta macam2.
Tanpa uang transport dan dukungan materi lain…sekedar doa saja jadilah, untuk kami tuan-tuan.
Trims untuk keluarga & sahabat diberbagai penjuru, tanpa kalian saya ga berarti apapun…

Komentar

  1. ude.. nyang penting kan dah dapet jalan2. hehe. lagian proposal tembus, ganti ongkos tu!

    BalasHapus
  2. huaaa... mau nulisss teruss ahh...

    bang ian emang ebadd...

    traktir dooonkk...

    BalasHapus

Posting Komentar